Sabtu, 14 Januari 2012

Agama Hindu di India

Getar Suci Nafas Brahman

1. Ketika yg ada ini belum ada, yg ada hanya getar suci nafas Brahman à AUM
 2. AUM à sebuah gema yg menjadi sumber segala suara dan bahasa.
  3. Para maharsi dari berbagai jaman dan wilayah melakukan meditasi dengan     perenungan yg sangat dalam à anubhava à terjadi penyatuan atman individu (maharsi) dg atman semesta (paramatman).
4. Dari anubhava para maharsi, dari gema AUM timbul  getar-getar inspirasi yg dikonversi ke dalam bahasa manusia à dharma
5. Dharma berasal dari getar suci nafas Brahman à dharma abadi à sanatana dharma.
6. Para maharsi melakukan anubhava terus menerus di berbagai wilayah dan jaman yg berbeda à widya à pengetahuan suci à sapta rsi.
7. Maharsi Wyasa bersama muridnya menulis dan mengkompilasi à menjadi pustaka suci Weda.
Perkembangan Agama Hindu di India
1. Kepercayaan India – Pra Veda

•4000 SM à Lembah Sindu didiami  berbagai suku bangsa,  terbesar Suku Dravida.
•3500 SM à Dravida mengembangkan kebudayaan desa.
•3000 SM  à membangun desa menjadi kota, Harappa dan Mohenjodaro
•Abad 19 penggalian arkeologis Harappa dan Mohenjodaro ditemukan patung dewi pemujaan dewi tertinggi à Ibu Alam. Juga ditemukan lingga dari batu à Dewa Langit.
•Bersamaan dg perkembangan Harappa dan Mohenjodaro di padang rumput Laut Kaspia dihuni bangsa Arya, mereka selalu berpindah.
•1700 SM sebagian bangsa Arya tiba di padang rumput pegunungan Hindu Kush, melalui celah Kaiber tiba di Sindu. Mereka bertempur dan mengalahkan bangsa Dravida. Benteng Harappa dan Mohenjodaro dihancurkan. Para Aryan meneruskan budaya Harappa dan Mohenjodaro.
•Dravida yg menyerah dijadikan budak à Dasyu (Asanah = tidak berhidung/pesek).

2. Jaman Veda (1500 SM – 1000 SM)
•1500 SM à Dravida meninggalkan Sindu yg subur, menuju ke Timur ke lembah Gangga dan dataran tinggi Dekan.
•Bencana alam di Sindu (Harappa dan Mohenjodaro) à Arya meninggalkan Sindu mengungsi ke Timur (daerah Doab) antara Gangga dan Yamuna.
•Di Doab, terjadi percampuran darah dan budaya antara Arya dan Dravida melahirkan bangsa India  dan kebudayaan Hindu (Indoi = bangsa yg mendiami sungai Sindu), berkembang hingga Brahmaputra, Himalaya dan tanjung Caronia.
Di Doab diperkirakan turunnya Samaveda dan Yajurveda (disebut-sebut Gang.

•Samaveda dan Yajurveda erat hubungannya dg Rgveda à isinya bersumber dr Rgveda à Trayiveda.
•Atharvaveda à dihimpun lama kemudian, isinya sangat tua yaitu alam pikiran dan kepercayaan yg terdapat pd penduduk asli. à pd mulanya para brahmana tdk mengakui Atharvaveda. Ttp krn digunakan utk kepentingan kemanusiaan dan membantu pemerintah akhirnya diakui à Catur Veda.
•Veda à Sruti à anubhava à sabda Brahman yg didengar langsung para maharsi.
•Mantram Veda jumlahnya ribuan diterima oleh banyak maharsi, di tempat yg berbeda dan kurun waktu yg berbeda (1500 SM – 1000 SM).
•Veda diterima tujuh maharsi à Grtsamada, Wiswamitra, Wamadewa, Atri, Bharadwaja, Wasistha, Kanwa.
•Saat diterima belum dikenal budaya tulis à dihafal secara lisan à guru parampara .
•Ratusan tahun kemudian à penulisan Veda diprakarsai maharsi Wyasa dibantu empat muridnya à Pulaha (Rgveda), Jaimini (Samaveda), Waisampayana (Yajurveda), Sumantu (Atharvaveda).
•Isi Veda-Veda à Rgveda (pujian kpd dewa-dewa), Samaveda (lagu/kidung pujian kpd para dewa),Yajurveda (pengantar sesaji kpd para dewa), Atharvaveda (mantram-mantram pengusir kejahatan, pengusir penyakit, menghancurkan musuh, memperoleh kedudukan, kemakmuran, kesejahteraan, siasat perang dsb).

3. Jaman Brahmana (1000 SM – 750 SM)
Ciri-cirinya :
•Disusunnya buku-buku Brahmana yg menguraikan dan menjelaskan sesaji dan upacaranya (arti, syaratnya, energinya).
•Buku-buku Brahmana berisi petunjuk peraturan agama serta penjelasan arti Veda dlm bentuk mitologi.
•Buku Brahmana merupakan teori, sistem dan peraturan yg disusun para Brahmana.
•Buku Brahmana merupakan penjabaran, pengembangan dan penjelasan isi Veda berdasarkan tafsir penyusunnya.

•Tiap Veda mempunyai buku Brahmana sendiri à Rgveda (Aitareya), Yajurveda (Satapata dan Taiteriya), Samaveda (Tandya dan Arseya), Atharvaveda (Sopata).
Dampak tersusunnya buku brahmana thd upacara:
–awalnya sbg persembahan dan anugerah
–mengabulkan keinginan, apabila diantar dg sesaji dan mantra yg tepat
–memaksa para dewa memenuhi keinginan manusia
–para dewa sangat tergantung kpd sesaji.

4. Jaman Upanisad (750 SM – 500 SM
•Upa = dekat, ni = di bawah, sad = duduk.
•Upanisad à duduk dibawah berdekatan dg guru suci yg memberikan pelajaran dan bimbingan rohani.
•Jaman Upanisad erat hubungannya dg kehidupan wanaprasta à tdk tertarik lagi dg sesaji dan upacaranya, lebih tertarik utk merenungkan hakekat kehidupan yg lebih mendalam.
•Renungan wanaprasta à Aranyaka
•Jaman Upanisad merupakan reaksi thd jaman Brahmana.
•Jaman Upanisad à para wanaprastin melakukan renungan, menyadari bhw upacara hanya sarana à mulai ke masalah batin (spiritual).
Veda dilengkapi Upanisad:
•Rgveda à 21 Upanisad
•Samaveda à 100  Upanisad
•Yajurveda à 109 Upanisad
•Atharvaveda à 50 Upanisad
Upanisad utama:
Isa, Kena, Katha, Prasna, Mundaka, Mandukya, Taireya, Taittireya, Chandogya, Brhadaranyaka, Kaisitaki, Swestaswatara, Maitrayani.
Isi pokok Upanisad à Brahmawidya (Brahman), Atmawidya (Atman, Karmaphala, Punarbhawa dan Moksa) à Panca Sraddha.

Ciri Jaman Upanisad :
•Awal munculnya wiracarita
•Berkembangnya ajaran agama melalui sutra-sutra
•Timbulnya berbagai aliran filsafat (darsana).

5. Jaman Perkembangan Agama Buddha
Sidharta Gautama sendiri tdk bermaksud mendirikan agama. Ia hanya mengajarkan utk melepaskan diri dr penderitaan atau samsara menuju nirwana.
Buddha à aliran filsafat à reaksi thd sistem warna dan penekanan upacara keagamaan yg berlebihan.
Sidharta wafat 483 SM à pengikutnya banyak sekali, mendirikan ikatan2 bertujuan mengembangkan ajaran2 Buddha à sebagai agama setelah Buddha meninggal à pengikutnya terutama dari golongan Sudra.
Golongan warna Weisya dan Ksatrya juga tdk suka dg sistem warna yg berlebihan, terutama sistim sesaji yg semakin mahal, rakyat yg ekonomi lemah merasa lebih aman masuk Buddha.

PANDANGAN HINDU MENGENAI ABORSI


OM SWASTYASTU
  
Masalah  yang sangat menarik,  tidak bisa dipungkiri dari jaman ke jaman keberadaan PSK tidak pernah hilang mungkin benar ini adalah bentuk Rwa Bhineda. Bahkan Bhagavan Vatsyanyaya penulis Kamasutra, juga tidak menyangkal tentang hal ini, dalam tulisan beliau yang kata temen kerja (orang India) adalah wahyu, dan Bhagavan Vatsyanyaya adalah seorang selebat (nyukla brahma cari alias tidak kawin), Beliau menganjurkan untuk para PSK dalam menjalankan profesinya menjalankan dengan cara-cara yang bersih dan selalu menjaga kesehatan diri, kalau bisa segera kembali ke jalan hidup yang normal.
          Diskusi soal Sex emang sangat jarang kita temui di tempat kita (Hindhu), sudah saatnya kita Umat Hindu harus terus mengggali tentang ajaran suci agama kita dalam segala aspek kehidupan, konon kabarnya agama kita sangat lengkap, bahkan seorang sulinggih pernah berkata, apa yang ada di tempat lain ada di veda, dan apa yang tidak ada ditempat lain ada di veda, apa yang tidak ada di veda tidak akan ada di tempat lain.   Coba kita kebat-kebit buka kitab suci kita mungkin kita melihat dasar hukumnya, yang saya garis bawahi di sini adalah melakukan hubungan sex diluar nikah, salah satunya adalah pekerjaan PSK. Ternyata memang benar Agama kita lengkap, ada dasar hukumnya, dibawah ini saya tuliskan semoga bermanfaat kalau ada yang tidak berkenan mohon maaf.
  Sex bebas dan "kumpul kebo" dalam Agama Hindu dilarang dan termasuk perbuatan adharma atau perbuatan dosa.  Acuannya adalah Kitab suci sbb:    
1.        Manawa Dharmasastra Tritiyo Dhyayah, III,63 : "Kuwiwahaih kriya lopair, wedanadhyayanena ca, kulanya kulam tamyanti, brahmanati kramena ca" .
Artinya: Dengan berhubungan sex secara rendah diluar cara-cara perkawinan (brahmana wiwaha, prajapati wiwaha dan daiwa wiwaha), dengan mengabaikan upacara pawiwahan, dengan mengabaikan weda, dengan tingkah laku hina, tidak memperhatikan nasihat Sulinggih maka keluarga-keluarga besar, kaya dan berpengaruh akan hancur berantakan.
2.        Kitab suci Parasara Dharmasastra, Dasamo Dhyayah, X.1: "Catur varnamsya sarva trahiyam   prokta tu niskrtih, agamyagamate ca iva suddhau candrayanam caret" .
Artinya: Aku (Hyang Widhi) telah menguraikan tentang upacara penebusan dosa bagi                    keempat golongan sosial; seorang laki-laki setelah menggauli seorang wanita yang dilarang untuknya harus melakukan penebusan dosa candrayanam.
         Juga di pasal X.30: " Jarena janayed garbhe tyakte mrte patau, tam tyajed apare rastre  patitam papa karinim"
 Artinya: Wanita yang memperoleh kehamilan dengan kekasih gelapnya (tidak melalui upacara pawiwahan), atau setelah ditinggal suaminya atau selama ketidak hadiran suaminya di negeri jauh, harus diusir kesebuah kerajaan asing (keluar wilayah).
  
    3. Sarasamuccaya yang menguraikan tentang Trikaya Parisudha, disebutkan salah satu dosa dari Kayika (perbuatan) adalah "Paradara" atau dalam bahasa sekarang "berzina" sebagaimana tertulis dalam pasal 153 : "Paradara na gantavyah sarvavarnesu karhicit, na hidrcamanayusyam yathanyastrinisevanam" Artinya: Menggoda, memperkosa, menggauli wanita dengan usaha curang (tidak melalui pawiwahan) jangan dilakukan karena akan menyebabkan dosa dan berumur pendek. 
    4. Lontar Dharma Kauripan disebutkan bahwa anak yang lahir diluar perkawinan adalah anak "dia-diu", anak yang cuntaka, akan mengalami hidup yang susah. Hubungan sex sebelum pawiwahan dikatakan sebagai dosa yang disebut "kama kaperagan".    
  Aborsi dengan alasan apapun tidak direstui karena pelakunya akan terkena dosa pembunuhan. Hal ini ditegaskan dalam Lontar Yama Purana Tattwa, bahwa mereka yang membunuh janin dalam kandungan dikutuk oleh Bhatara Yama. Dalam ephos Mahabharata, Aswatama dikutuk oleh Bhatara Kresna karena membunuh janin-janin keturunan Pendawa yang masih dalam kandungan.   Jadi dalam kasus Aborsi yang terkena dosa adalah : Ayah-Ibu bayi, Dokter atau Balian yang membantu aborsi. 
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM